8 HEWAN INI BISA BERANAK TANPA KAWIN


Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk berkembang biak. Dengan berkembang biak, suatu makhluk bisa memperbanyak jenisnya dan memastikan supaya jenisnya tidak sampai lenyap.  Kebanyakan hewan betina hanya bisa bertelur atau melahirkan jika sudah melakukan perkawinan dengan pejantan. Namun bagaimana jika tidak ada pejantan dan hewan-hewan tadi tidak memiliki kemampuan untuk membelah diri? Bagi hewan-hewan tertentu, partenogenesis adalah jawabannya.

Partenogenesis berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti “melahirkan secara perawan”. Istilah itu sendiri diberikan karena hewan-hewan yang melakukan partenogenesis memang bisa menghasilkan keturunan tanpa perlu melakukan perkawinan dengan lawan jenisnya.

Dalam kondisi normal, hewan-hewan yang bisa melakukan partenogenesis tetap membutuhkan pejantan saat berkembang biak supaya sifat-sifat unggul dari kedua individu bisa diturunkan. Namun kadang-kadang, menghasilkan keturunan sesudah melakukan perkawinan tidak bisa dilakukan akibat beragam sebab. Berikut ini adalah hewan-hewan yang diketahui bisa melakukan partenogenesis:

1. Serangga Tongkat

Serangga Tongkat

Serangga tongkat aslinya adalah sejenis belalang yang bentuknya panjang layaknya tongkat kecil. Berkat bentuknya ini, serangga tongkat jadi sulit ditemukan oleh musuhnya saat sedang hinggap di tanaman.beberapa spesies serangga tongkat (misalnya serangga tongkat Australia) diketahui bisa bertelur tanpa kawin terlebih dahulu. Namun jika serangga tongkat berkembang biak melalui cara ini, telurnya hanya akan menetas sebagai serangga betina.

Serangga tongkat betina diketahui bisa menolak ajakan pejantan untuk kawin dan lebih memilih untuk menghasilkan keturunan secara mandiri. Menurut ilmuwan, hal ini mungkin terjadi karena serangga tongkat betina merasa kalau melakukan perkawinan sebelum bertelur akan merepotkan bagi betina.

Jika ada pejantan yang tetap memaksa untuk kawin dengan betina, betina bisa menolak dengan cara menghasilkan senyawa berbau tertentu yang mengurangi minat pejantan. Namun jika pejantan tetap ngotot untuk kawin dengan betina, betina akan menekuk abdomennya sendiri sambil menendang-nendang memakai kakinya. 

Meskipun betina menolak, pejantan yang menunjukkan kesungguhan tinggi tetap bisa mengawini betina secara paksa. Ilmuwan lantas menyimpulkan kalau hal ini bisa menjelaskan kenapa kasus partenogenesis pada serangga tongkat tergolong jarang terjadi kendati betina bisa melakukannya dengan mudah.

2. Ular

Ular pit viper

Beberapa spesies ular betina diketahui bisa menghasilkan keturunan meskipun tidak melakukan perkawinan terlebih dahulu. Ular pit viper adalah salah satunya. Ketika seekor pit viper betina tidak bisa menemukan pejantan di habitat tempatnya hidup, ia tetap bisa menghasilkan keturunan secara mandiri.

Namun metode ini sendiri bukanlah tanpa masalah. Menurut ilmuwan yang mengamati partenogenesis pada ular pit viper, bayi-bayi ular yang tercipta melalui partenogenesis memiliki resiko kematian yang lebih tinggi. Pasalnya ular yang lahir dari partenogenesis pada dasarnya adalah kembaran tidak sempurna dari induknya. Itulah sebabnya kondisi tidak sebaik ular yang lahir dari hasil perkawinan.

3. Kutu Afid

Kutu Afid

Afid adalah sejenis serangga kecil yang hidup dari menghisap sari-sari tanaman. Akibat pola hidupnya ini, kutu daun afid pun kerap dianggap sebagai hama yang menghambat produktivitas tanaman. Kemampuan afid betina untuk beranak tanpa kawin terlebih dahulu menjadi salah satu alasan utamanya.

Di wilayah empat musim, semua afid yang lahir di musim semi dan panas adalah betina. Afid betina pertama yang menetas pada awal musim semi akan menghasilkan keturunan sebanyak mungkin tanpa harus kawin terlebih dahulu. Hanya dalam rentang waktu beberapa minggu, afid hasil partenogenesis yang sudah dewasa akan beranak lagi dengan cara serupa.  seekor afid betina diketahui bisa menghasilkan 600 milyar bayi hanya dalam semusim.

Afid yang melakukan partenogenesis mengeluarkan keturunannya dengan cara melahirkan. Namun untuk afid yang melakukan perkawinan, mereka akan menghasilkan keturunan dengan cara bertelur. Koloni afid yang berkembang biak melalui partenogenesis cenderung mengalami pertambahan populasi lebih cepat daripada yang melalui metode perkawinan.

4. Komodo

Komodo

Komodo adalah spesies kadal terbesar di dunia yang habitat aslinya hanya ada di Pulau Komodo. Namun keunikan komodo belum berhenti sampai di sana. Komodo juga diketahui bisa menghasilkan keturunan tanpa harus kawin. Menurut spekulasi ilmuwan, kemampuan ini membantu komodo untuk mempertahankan populasinya di habitat yang terisolasi semisal di Pulau Komodo.

Komodo yang hidup dalam kebun binatang diketahui juga memiliki kemampuan serupa. Pada tahun 2006, sepasang komodo betina di Kebun Binatang Chester dilaporkan menghasilkan telur kendati tidak ada pejantan di dekatnya. Tidak seperti serangga tongkat yang semua keturunan hasil partenogenesisnya berjenis kelamin betina, semua bayi komodo hasil partenogenesis memiliki jenis kelamin jantan.

5. Kadal Tegu

Kadal Tegu

Beberapa spesies kedal tegu dari genus Cnemidophorus hidup di lingkungan yang tidak memiliki pejantan sama sekali. Untuk mengatasinya, kadal tegu betina memiliki kemampuan untuk menghasilkan keturunan tanpa perlu kawin. Semua kadal yang lahir melalui metode ini berjenis kelamin betina dan hanya bisa berkembang biak melalui partenogenesis juga.

6. Udang Karang


Udang karang betina normalnya harus melakukan perkawinan terlebih dahulu supaya bisa menghasilkan keturunan. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi udang karang marmokrebs. Pasalnya udang ini bisa bertelur tanpa harus kawin. Semua udang marmokrebs hasil partenogenesis diketahui berjenis kelamin betina dan bisa kembali berkembang biak dengan cara serupa.

Udang marmokrebs sendiri aslinya adalah spesies udang karang rawa (Procambarus fallax) yang mengalami mutasi dalam penangkaran. akibat mutasi tersebut, udang yang bersangkutan bisa berkembang biak secara mandiri kendati tidak ada pejantan di dekatnya. Berkat kemampuannya ini, satu akuarium yang hanya berisi satu ekor udang marmokrebs bisa terisi oleh ratusan ekor marmokrebs hanya dalam kurun waktu tiga bulan.

7. Hiu Gergaji


Hiu gergaji adalah sejenis hiu yang moncongnya panjang dan gigi-giginya mencuat keluar. Informasi kalau hiu gergaji bisa melakukan partenogenesis diketahui oleh ilmuwan Kevin Feldheim saat ia bersama rekannya tengah meneliti gen hiu gergaji untuk mengetahui keberagaman populasi hiu gergaji di alam liar. Tanpa disangka, mereka malah menemukan bukti kalau hiu gergaji bisa melakukan partenogenesis berdasarkan kemiripan gennya.

Feldhmein berspekulasi kalau hiu gergaji melakukan partenogenesis saat betina ingin berkembang biak supaya bisa menurunkan gennya, namun betina tidak bisa menemukan pejantan di habitatnya. “Jika mereka tidak bisa menemukan pasangan kawin, bisa jadi mekanisme inilah yang diambil sebagai langkah terakhir bagi betina untuk menurunnya gennya,” kata Feldheim seperti yang dikutip oleh BBC.

8. Lebah Madu

Lebah Madu

Koloni lebah madu terdiri dari 3 kasta utama: kasta lebah ratu betina, lebah pekerja betina, dan lebah jantan. Lebah ratu inilah yang bertugas menghasilkan telur supaya koloninya tidak punah. Lebah ratu sendiri menghasilkan 2 macam telur: telur yang dibuahi oleh sperma, dan telur yang tidak dibuahi. Telur yang dibuahi akan tumbuh menjadi lebah pekerja, sementara telur yang tidak dibuahi akan tumbuh menjadi lebah jantan.

Lebah ratu yang baru keluar dari kepompong akan terbang keluar sarang untuk kawin dengan pejantan. Sesudah kawin, pejantan akan mati, sementara betina kembali ke sarang sambil membawa persediaan sperma.sperma ini kemudian digunakan oleh lebah ratu untuk membuahi sel telurnya dan menghasilkan lebah pekerja

Lebah pekerja normalnya tidak akan menghasilkan telur. Namun saat suatu koloni lebah kehilangan ratu, sejumlah lebah pekerja akan mulai menghasilkan telurnya sendiri. Karena tidak dibuahi, telur-telur ini nantinya akan berkembang menjadi lebah jantan. 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.