5 Fakta Usai Meledaknya BOM SI BOLGA
Aparat Densus 88 Antiteror Polri akhirnya menangkap terduga teroris bom Sibolga, Sumatera Utara. Hal ini disampaikan oleh Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.
Penangkapan ini terjadi usai tim Densus 88 melakukan penangkapan terduga teroris bom Sibolga di kediamannya. Saat penangkapan pun, sempat terjadi ledakan yang turut meledakkan petugas.
Rupanya, ledakan tidak hanya terjadi sekali. Kali ini, diduga, istri terduga teroris meledakkan diri usai aparat Densus melakukan penangkapan di rumahnya. Sang istri tidak sendiri, ia bahkan diduga mengajak anaknya meledakkan anaknya.
Meski begitu, hingga saat ini, polisi belum bisa mengevakuasi jasad keluarga terduga teroris Sibolga tersebut. Saat ini, aparat kepolisian di lokasi masih menunggu tim laboratorium forensik dan Inafis.
Berikut hal-hal usai meledaknya bom Sibolga di rumah terduga teroris dihimpun
1. Jaringan JAD
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan tiga orang terduga teroris di Sibolga telah ditangkap oleh Tim Densus 88 mabes Polri. Mereka berafliasi dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
"Ketiganya merupakan jaringan JAD yang berafiliasi dengan jaringan ISIS," kata Tito di Medan seperti dikutip dari Antara, Selasa (12/3/2019).
"Aksi para pelaku terduga teroris itu tidak ada kaitannya dengan Pemilu," sambung Tito.
Ia mengatakan, penangkapan ketiga terduga teroris di Sibolga, Sumatera Utara, merupakan pengembangan dari tertangkapnya seorang terduga teroris di Lampung.
2. Meledakkan Diri
Densus 88 Antiteror Polri menyergap rumah terduga teroris bernama Husain alias Abu Hamzah di Sibolga pada Selasa, 12 Maret 2019 sekitar pukul 14.23 WIB. Dalam operasi itu, sebuah bom meledak dari dalam rumah pelaku yang melukai petugas.
Upaya negosiasi pun sudah berakhir dini hari tadi. Istri dan anak terduga teroris bernama Husain alias Abu Hamzah diduga meledakkan diri dari dalam rumahnya sekitar pukul 02.00 WIB.
"Iya betul. Diduga sudah meninggal dengan meledakkan diri," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi Wartawan, Jakarta, Rabu (13/3/2019).
3. Jenazah Belum Dievakuasi dan Lakukan Sterilisasi
Polisi belum bisa mengevakuasi jasad keluarga terduga teroris Sibolga tersebut.
"Belum bisa dievakuasi karena di dalam rumah diperkirakan masih ada bom yang tercecer dan harus dipertimbangkan untuk keselamatan anggota juga," tutur Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.
Menurut Dedi, aparat kepolisian di lokasi masih menunggu tim laboratorium forensik dan Inafis.
"Masih menunggu tim labfor (laboratorium forensik) dan Inafis (Indonesia Automatic Finger Print Identification System) meluncur ke TKP pagi ini," kata Dedi.
Saat ini, kepolisian juga tengah melakukan sterilisasi agar tidak terjadi ledakan susulan yang dapat melukai masyarakat. Dedi memastikan, situasi di sekitar lokasi berangsur kondusif.
"Situasi di Sibolga secara umum sudah kondusif," kata Dedi.
Tim kepolisian, kata dia, juga masih melakukan sterilisasi terhadap benda-benda berbahaya yang ada di sekitar rumah terduga teroris tersebut. Apalagi bom sempat meledak dua kali.
4. Warga Dievakuasi
Pascakejadian ledakan BOM, puluhan warga yang bermukim di sekitar Jalan Cendrawasih, Kelurahan Pancuranbambu, Kecamatan Sibolga Sambas, Sibolga, Sumatera Utara, diungsikan sementara. Hal itu guna keamanan warga sekitar.
"Ini kami sedang mengungsi di Dinas Sosial yang berada di Jalan Pasar Inpres Sibolga," terang seorang warga bermarga Tanjung, seperti dilansir dari New Tapanuli (Jawa Pos Group) Rabu (13/3/2019).
Ia sendiri mengaku tidak berada di sekitar lokasi saat penggerebekan teroris. Namun begitu mendapat informasi adanya ledakan keras di gang tempatnya tinggal selama ini, Tanjung langsung pulang ke rumah.
"Tadi saya sedang bekerja dan langsung pulang begitu dapat informasi dari keluarga. Setelah itu kami mengungsi," jelas dia.
Menurutnya, ada sekitar 50-an warga yang diungsikan dari lokasi. "Kan kata petugas, radius 200-300 meter dari lokasi harus disterilkan atau dikosongkan sementara. Makanya kita dan warga lain ikut mengungsi. Soalnya rumah saya sekitar 200 meter dari lokasi ledakan," ujarnya.
5. Anak-Anak Menangis
Seorang anak berinisial NAT kepada New Tapanuli mengaku kaget mendengar suara BOM.
"Saat itu kami sedang mengaji di Masjid Al-Mukhlisin. Tiba-tiba kami dengar suara meledak. Kuat sekali suaranya," terangnya.
Lanjut anak berusia 11 tahun ini, ia dan teman-temannya berlarian keluar dari masjid.
"Ada kawanku yang menangis, kami semua jantungan mendengarnya. Kulihat juga ada bapak-bapak yang terluka tadi," ujarnya.
Menurutnya, korban akibat kejadian langsung dilarikan ke rumah sakit menggunakan becak bermotor. "Kulihat dia (korban) berdarah-darah dan dilarikan ke rumah sakit. Setelah itu baru berdatangan ambulans," kata NAT.
Tidak ada komentar: